Kamis, 07 Juli 2016

belajar dari bencana jepang


n gunung api aktif.Lengkap semua potensi bencana alam besar dan kecil ada di jepan termasuk topan yg berasal dari kata taifun bahasa jepang.Demikian banyak nya ragam bencana yg selalu akrab dg jepang, tidak ketinggalan tragedi bom atom nagasaki dan hirosima. Setiap bencana menimpa jepang, yg luar biasa dari budaya jepang, adalah kebangkitan dari kubangan penderitaan dan berbalik jadi kekuatan yg lebih mencengangkan dunia hingga sekarang jadi salah satu negara termakmur di dunia tanpa punya sumber daya alam yg dapat di harap kan jadi andalan penghidupan yg layak mensejahtra kan negara nya.Tp semangat dan ke uletan jepang semua negara di dunia angkat topi dg penghormatan penuh kepada bangsa jepang karena SDM nya bernilai tinggi di sebabkan ke unggulan teknologi nya. Sedemikian tinggi nya penghormatan dunia pada jepang hampir2 dunia tidak percaya betapa tsunami yg belum lama terjadi dg mudah nya mengapungkan dan menyapu harta benda mereka seperti sampah di hanyutkan air. Kapal2 besar seperti mainan di seret gelombang besar.Persiapan jepang benar2 di koreksi gelombang tsunami bahwa bendungan selter yg mereka bangun belum lah jawaban yg tepat mengurangi bahaya tsunami.Ternyata tsunami itu bukan gelombang laut nya yg berbahaya, tp volume air laut itu sendiri nya yg luar biasa banyak membanjiri daratan dlm sekejap dg kecepatan 1.000 km/jam.Dg ketinggian air menerjang daratan di atas 10 meter.Jawaban yg paling efektif dan praktis sementara ini adalah bagaimana cara lari secepat nya dari kawasan bencana.Persoalan nya waktu yg tersedia setelah gempa dasyat hanya berselang 15 menit, utk meng evakuasi orang dg jumlah jutaan dlm waktu 15 menit bukan lah perkara mudah.Jepang sama2 kita ketahui betapa rinci nya persiapan dan pelatihan mereka dlm menanggulangan bencana tiba2 tapi tetap menelan korban hampir 20.000 orang atau 10% dari korban gempa tsunami aceh dg kedasyatan gempa tsunami yg setara.Kerusakan bangunan, semua daratan yg lalui tsunami sebelum nya penuh sesak dg beraneka bangunan kemudian setelah di lewati tsunami semua nya hampir rata dg tanah. Fakta nya memang kita akui, jepang lebih efisien dlm tanggap bencana gempa bisa meminimal kan bangunan runtuh karna gempa tapi tidak siap menahan arus tsunami yg begitu deras dan besar, rasa nya untuk sementara belum ada teknologi dan celah yg efektif menahan tsunami utk perumahan hingga bertingkat 5 masih belum ada cara efektif utk meminimal kan dampak kerusakan karena tsunami.

jepang udah maju dalam mengelolah bencana, tapi tsunami yg belum lama ini mengoreksi pesiapan jepang hingga terlihat sangat ceroboh dalam mengelolah resiko dalam skala yg makro, hingga sekarang resiko lain dari dampak gempa masih jadi momok yg tak kalah menakut kan dari ancaman kebocoran nuklir.

bercermin dari kemajuan teknologi jepang yg berbudaya yg teratur dan rapih, memang kita lihat jepang tidak separah negara lain menghadapi penderitaan yg luar biasa menakut kan, jepang masih terlihat masih bisa survive.
belum terlalu bergantung dunia international, mereka masih bisa mengurus negara nya dengan baik, walau momok nuklir masih mengancam sampai batas yg sulit di perhitungkan.

syukur di indonesia tidak atau belum menggunakan teknologi nuklir, mudah2 jangan sampai nuklir jadi sumber energi di indonesia, tapi ancaman megatrust dan tsunami berpotensi sangat besar dan bukan hanya sekali di aceh, tp di barat sumatra, bengkulu, pantai selatan jawa, flores, dan arafuru papua, dalam rentang abad dan abad 22 bencana megatrust ini ancaman berentet yg sudah memasuki siklus kematangan pelepasan stress energi kerak bumi untuk kembali pada keseibangan nya, yg sekarang gap antara lempengan itu udah sampai tahap titik jenuh dan mendekati pelepasan energi yg tersimpan selama 200 tahunan.

dengan kemampuan infrastruktur dan pemahan serta latihan masyarakat indonesia yg jauh dari siap, tp jauh lebih baik dari haiti, ya lumayan lah tp harus di akui belum cukup siap menghadapi tanggap bencana megatrust, kalau di banding dengan kesiapan infrastruktur jepang dan paendidikan kesiagaan bencana nya, karena tidak ter organisir dengan baik,
sampai sekarang aja dana rehabilitasi bencana di sumbar masih belum beres, masih ada yg di korup dan pungutan liar dari pemerintah setempat yg tidak punya hati, dengan dalil bayar administrasi dan jasa ini itu, bahkan di persulit samapi 4 tahun dari 2007 sampai sekarang masih ada 8.000 rumah yg belum menerima bantuan untuk 1 kabupaten.

bisa kita bayangan kan entah bagaimana menderita nya nanti masyarakat sumbar menghadapi mega bencana di luar nalar manusia, tidak dapat di prediksi kapan, harus menyelamat kan diri dan keluarga dalam waktu kurang dari 30-15 menit.
hanya mengandal kan faktor x yg tidak terduga sebagai berkah keberuntungan tanpa di persiap kan dan di latih terlebih dahulu tanggap bencana nya sebagai bekal diri untuk penyelamatan secara mandiri.
memang ada persiapan2 yg terdengar denyut nya, tp masih belum cukup meredam ke panikan masyarakat, dalam menghadapi bencana ini dalam waktu yg sangat sempit.
pada hal ketenangan secara masal itu harus di pupuk pada tiap2 individu masyarakat yg berdekatan dengan bencana tsb.
kunci dalam menghadapi bencana gempa tidak panik, dan bertindak efisien dalam waktu 15 menit setelah gempa besar yaitu cari perlindungan ke dataran tinggi.
selain itu infrastruktur yg ringkas dan memungkin kan minimalisalisasi kecelakaan yg datang dari atas yg akan menimpa.
gempa itu sebenar nya tidak berbahaya, hanya prilaku masyarakat yg membuat bencana, yg membuat struktur bangunan dari material yg berat (beton) tapi tidak tahan terhadap goyangan. sangat rentan ambruk yg menjadi sumber bencana nomor 1 dari dampak gempa itu, kemudian longsor karena membangun rumah di bawah tebing yg sewaktu2 akan ambruk di timbun longsor.

yg paling miris nya pemahaman masyarakat indonesia tentang ke gempaan masih jauh dari cukup.
sudah tahu indonesia rawan bencana gempa2 besar, tapi masih ada pertanyaan dari masyakat apa kah bulan besok akan terjadi gempa?
kemudian percaya kepada ramalan2 tokoh tertentu dan pesulap dan paranormal yg meramal, yg ikut meramaikan suasana jadi panas.
yg menanda kan betapa minim nya pemahaman masyarakat tentang tanggap bencana gempa secara mandiri.
yg bisa berbuat kapan harus menyelamat kan diri tanpa perlu menunggu komando atau hilang akal sehat karena panik yg melakukan kecerobohan yg tidak perlu di dalam waktu yg sangat sempit, hanya dalam durasi 10-30 menit semua nya udah berada di tempat yg cukup tinggi dari jangkauan tsunami, bila selamat dari kecelakaan gempa itu sendiri..